Jumat, 04 Desember 2009

Raksasa Paman Sam Vs Si Kurus Somalia


Tiga tahun setelah menciptakan "krisis kemanusiaan terparah" di Afrika, dengan mendukung penuh Ethiopia untuk menginvasi Somalia, Amerika Serikat sekarang menggunakan makanan sebagai senjata menghadapi orang-orang Somalia yang kelaparan.

Pemerintah Amerika Serikat melancarkan "perang kelaparan" terhadap rakyat Somalia. Menurut pejabat PBB, Washington telah mengganggu penyaluran bantuan makanan yang sangat dibutuhkan Somalia, dengan alasan makanan itu akan jatuh ke tangan Shahab, kelompok perlawanan Muslim Somalia yang disebut AS sebagai "teroris".

Empatpuluh juta pound makanan sumbangan -- yang katanya berasal dari AS, hanya dibiarkan menumpuk di gudang kota Mombasa, Kenya. Para pejabat AS tidak memperbolehkan petugas kemanusian menyalurkannya kepada rakyat Somalia yang sangat membutuhkan.

Sangat jelas sekali Amerika menggunakan makanan sebagai senjata politik. Mereka menyandera orang-orang yang kelaparan dengan memanfaatkan tujuan-tujuan politiknya. Taktik yang serupa digunakan oleh tentara-tentara jaman kuno, dengan sengaja mengepung dan membiarkan penduduk sebuah kota kelaparan, hingga akhirnya menyerah.

Hampir tiga tahun sudah, sejak Amerika mengubah kehidupan rakyat Somalia menjadi neraka. Bulan Desember 2006, AS mendukung penuh Ethiopia untuk menyerang Somalia, guna mengulingkan pemerintahan Islam yang telah membawa kedamaian di Somalia.

Invasi itu menciptakan keadaan yang dsebut PBB sebagai "krisis kemanusian terparah di Afrika", yang bahkan lebih parah dari krisis Darfur di Sudan.

Krisis parah yang diciptakan Amerika di Somalia, bertambah parah dengan kekeringan yang melanda seluruh negeri. Sebagai akibatnya, separuh populasi harus bergantung secara penuh pada bantuan makanan dari luar negeri.

Dengan mengunci persediaan makanan di gudang-gudang Kenya, "pemerintah AS menahan bantuan untuk Somalia ... disandera untuk kepentingan kebijakan kontra-terorismenya," demikian tulis majalah Foreign Policy (30/10).

"Amerika tidak bisa memenangkan peperangan dengan menggunakan cara militer yang konvensional, maka mereka mengambil jalan perang dengan memanfaatkan kelaparan," lanjutnya.

Pemerintahan boneka AS di Somalia sekarang ini hanya mengendalikan beberapa perkampungan di ibukota Mogadishu dan bandara udaranya saja.

Menurut sebuah artikel di New York Times, para orangtua melaporkan, anak-anak mereka yang selama ini bertahan hidup dengan bantuan makanan sekarang sekarat, karena Amerika menghentikan penyaluran bantuan.

Kondisinya sangat mengerikan, karena hanya gudang-gudang makanan AS di Kenya saja yang bisa masuk ke Somalia saat ini. Tidak ada sumber lain yang bisa dimanfaatkan.

Kekeringan di Afrika Timur telah mempengaruhi sekutu-sekutu dan juga musuh-musuh AS.

Ethiopia telah mengajukan permohonan bantuan atas nama 23 juta rakyatnya yang terancam kekeringan di berbagai daerah.

Kekeringan terburuk dalam sepuluh tahun terakhir ini di Somalia, diperparah dengan kenaikan harga bahan makanan yang melonjak sangat tinggi, yang sengaja diciptakan oleh para spekulator asal AS dan negara-negara kaya lainnya.

Dengan demikian rakyat Somalia yang kelaparan semakin babak belur, karena dihantam dari tiga sisi. Kenaikan harga yang diciptakan para spekulator, kekeringan, dan pemerintah Amerika yang sengaja menjalankan taktik "perang kelaparan".

Pemerintahan Obama benar-benar sengaja ingin membuat orang-orang Somalia menjerit, sebagai hukuman atas perlawanan mereka terhadap kungkungan Paman Sam.

Tapi bayi-bayi Somalia yang kelaparan tidak bisa menjerit, mereka bahkan tidak mampu untuk meneteskan air mata. [di/un/Hdytllah/Iqraku]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar