Sabtu, 15 Oktober 2011

CERITA COBAAN PARA MUJAHID [1]

Perburuan Terhadap Manusia Terbaik, Komandan Mujahidin Penutup Para Nabi Dan Rosul Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam
Sesungguhnya orang yang membaca sejarah akan menemukan bahwa peristiwa hijrah termasuk peristiwa terbesar dalam sejarah. Ia merupakan kejadian yang terkait dengan sejarah umat Islam, dengan itulah syariat jihad dimulai melawan kekufuran dan orangorang kafir. Dengan hijrah pulalah perubahan besar bagi kaum muslimin terjadi, yang semula lemah dan terusir berubah menjadi kuat dan mampu menjadi orangorang penakluk dan mulailah benihbenih daulah Islam tumbuh berkembang di Madinah Nabawiyyah, kemudian terbentanglah negara Islam ini hingga belahan bumi timur dan barat. Alloh ta‘âlâ telah perintahkan sang penutup para nabi dan rosul, Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, agar keluar dari Mekah menuju Madinah, maka beliau mendatangi Abû Bakar AshShiddîq pada waktu yang tak biasanya, dan menggunakan cadar. Beliau bersama Abû Bakar mengatur secara urut proses keluar serta mengambil ‘cover’ yang pas untuk keluar dan bersembunyi dengan menjadikan Ali bin Abi Thôlib rodliyallohu 'anhu tidur di tempat yang biasa beliau gunakan tidur. Di dalam hal ini terdapat unsur tipudaya terhadap musuh, sedangkan perang itu sendiri adalah tipudaya. Beliau juga menyewa seorang penunjuk jalan untuk melarikan diri. Dan jaringan yang berfungsi menyampaikan informasi yang sedang beredar di Mekahpun bisa terbentuk dengan baik. Alloh ta'ala berfirman: وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَم كُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ Dan (ingatlah), ketika orangorang kafir (Quroisy) memikirkan daya upaya untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Alloh pun membuat tipu daya itu. Dan Alloh sebaikbaik Pembalas tipu daya. (Al Anfal: 30) Sayyid Qutb berkata di dalam Fi Dhilalil Qur'an: “Itu adalah peringatan terhadap apa yang dialami beliau di Mekah sebelum adanya perubahan dan pergantian posisi. Dan sungguh Alloh ta'ala telah wahyukan kepada beliau akan sebuah kepercayaan dan keyakinan di masa mendatang, sebagaimana Dia juga mengingatkan akan pengaturan kodrat dan hikmah Alloh dalam apa yang Ia putuskan dan perintahkan. Generasi kaum muslimin yang pertama kali menerima seruan AlQur’an ini mengetahui dua keadaan yang mereka alami langsung, melihat dan merasakannya. Makanya mereka cukup diingatkan dengan peristiwa masa lampau yang baru saja mereka lewati serta bagaimana mereka dahulu begitu takut dan resah di mana kini mereka sedang menghadapi sebuah kondisi dengan segala keamanan dan ketenangan yang dirasakan di dalamnya .. yang dahulu orangorang musyrik senantiasa membuat tipu daya dan siasat terhadap Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, di mana sekarang beliau telah menguasai mereka, bukan hanya sekedar telah selamat dari mereka! Orangorang kafir itu membuat makar untuk menahan dan memenjara Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam hingga mati; atau membunuhnya atau bagaimana caranya bisa bebas dari beliau; atau mengusirnya dari Mekkah supaya beliau terasing dan terusir. Mereka telah merencanakan semua ini, lantas mereka memutuskan untuk membunuh beliau saja, caranya dengan mengutus seorang pemuda dari masingmasing kabilah untuk melaksanakan eksekusi terhadap beliau, sehingga darah beliau terpisah pada diri para kabilah itu, yang pada akhirnya nanti, Bani Hasyim tidak mampu memerangi semua bangsa arab, lantas mereka akan cukup menuntut diyat dan selesai perkara! Imam Ahmad berkata, Abdur Rozzâq menceritakan kepadaku, ia berkata: Ma‘mar memberitahukan kepadaku, ia berkata: Utsman AlJarîrî menceritakan kepadaku, dari Maqsam Maulâ Ibnu Abbâs, bahwasanya Ibnu Abbas memberitahukan kepadanya tentang firman Alloh: “Wa idz Yamkuru bika…dst.” Beliau mengatakan, “Orangorang Quraisy berunding di suatu 45 malam di Mekkah, sebagian mereka mengatakan, ‘Besok, ikat dia dengan tali.’ maksud dia adalah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam , sebagian lagi mengatakan: ‘Dibunuh saja.’ Sebagian mengatakan, ‘Diusir saja.’ Kemudian Alloh memberitahukan hal itu kepada NabiNya shollallohu 'alaihi wa sallam, maka 'Ali rodliyallohu 'anhu pun tidur di kasur Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam sendiri keluar hingga sampai di gua. Malam itu, kaum musyrikin menjaga 'Ali karena menyangka bahwa dia adalah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam. Pagi harinya, mereka menangkapnya, tapi tatkala ternyata yang mereka lihat adalah Ali, Allohpun balikkan tipudaya mereka, mereka mengatakan, “Mana shahabatmu itu?”, “Aku tidak tahu.” Jawab Ali. Akhirnya mereka menguntit jejak beliau. Tatkala mereka sampai di gunung, merekapun bingung, lantas mereka daki gunung tersebut serta melewati sebuah gua, namun mereka melihat ada sarang labalaba di mulut gua tersebut. Maka mereka berkata, “Kalau Muhammad memasuki gua ini, tentu tidak akan ada sarang labalaba di sini.” Merekapun pergi dan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menetap di sana selama tiga malam. Ibnu Katsîr berkata di dalam AlBidâyah wa `nNihâyah mengenai riwayat dari kisah sarang labalaba di atas: “Ini isnadnya hasan dan termasuk riwayat terbaik tentang kisah sarang labalaba di depan pintu gua. Ini termasuk penjagaan Alloh kepada beliau shollallohu 'alaihi wa sallam.” وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ Mereka membuat tipu daya sedangkan Alloh juga membuat tipu daya. Dan Alloh sebaikbaik Pembalas tipu daya. Satu gambaran dalam AlQur’an yang diungkapkan oleh firman Alloh ta‘âlâ ; وَيَمْكُرُو نَ وَيَمْكُرُ اللّهُ Mereka membuat tipu daya sedangkan Alloh juga membuat tipu daya. … adalah ungkapan yang memiliki kesan mendalam, ini ketika majlis permusyawaratan Quraisy bertukar pikiran untuk berunding dan saling bertukar pikiran serta membuat rencana dan makar, padahal Alloh di belakang mereka Mahamengetahui, Dia membuat makar terhadap mereka, mematahkan tipudaya mereka sementara mereka tidak sadar! Sungguh itu adalah ungkapan penghinaan, tapi dalam waktu yang sama ia adalah ungkapan yang menakutkan, maka di mana gerangan orangorang lemah dan kurus itu dibandingkan sebuah takdir yang menentukan … takdir Alloh Yang Mahamemaksa dan berkuasa atas para hambaNya, yang menang atas urusanNya sedangkan Dia Mahamengetahui segala sesuatu?” Alloh ta‘âlâ berfirman: إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُم ا ف ي الْغ ارِ إِذْ يَق ولُ لِص احِبِهِ لاَ تَح زَنْ إِنَّ الل هَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُن ودٍ ل مْ تَرَوْه ا وَجَع لَ كَلِم ةَ ال ذِينَ كَف رُواْ الس فْلَى وَكَلِم ةُ الل هِ ه يَ الْ عُلْي ا وَالل هُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya (yaitu) ketika orangorang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah bersedih, sesungguhya Alloh bersama kita". Maka Alloh menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Alloh menjadikan seruan orangorang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Alloh itulah yang tinggi. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah: 40) Ibnu Katsîr rohimahulloh berkata tentang ayat ini: Alloh ta‘âlâ berfirman: إِلاَّ تَنصُرُوهُ 46 … jika kalian tidak menolongnya … … maksudnya, menolong rosulNya, maka sesunggunya Allohlah yang menjadi penolongnya, penguatnya, pelindung dan penjagaNya sebagaimana dulu Dia juga menolongnya secara langsung: إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ …ketika ia diusir oleh orangorang kafir, berdua (dengan Abû Bakar),
… yakni ketika hijrah tatkala kaum musyrikin bermaksud membunuh beliau, menahan atau mengasingkannya. Maka beliaupun keluar meninggalkan mereka, beliau lari bersama shahabatnya yang jujur Abû Bakar bin Abi Quhâfah. Kemudian beliau berlindung di gua Tsûr selama tiga hari, menunggu agar orangorang yang memburu beliau, yang mengikuti jejak rombongan beliau itu kembali. Kemudian beliau bersama rombongan terus berjalan ke arah Madinah. Saat itu, Abû Bakar sangat mengkhawatirkan, seandainya ada salah seorang yang mengetahui mereka, sehingga mereka akan menyakiti Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam . Maka Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menenangkan dan meneguhkannya, beliau bersabda: “Wahai Abû Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada dua orang kecuali Alloh yang ketiganya?” sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Affân, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammâm, ia berkata: telah memberitahu kami Tsâbit dari Anas, bahwasanya Abû Bakar bercerita kepadanya, ia berkata: “Aku mengatakan kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ketika kami berada di dalam gua: “Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kedua kakinya, tentu ia akan melihat kita di bawah kakinya.” Maka beliau bersabda: يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما “Hai Abû Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada dua orang kecuali Alloh yang ketiganya?” HR. Bukhôrî dan Muslim. Oleh karena itu, Alloh ta‘âlâ berfirman: فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ … maka Allohpun menurunkan ketenangan dariNya … … maksudnya, dukungan dan pertolongan kepada beliau, yakni kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ini menurut salah satu pendapat . Ada juga yang mengatakan, maksudnya adalah kepada Abû Bakar. Dan diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas serta yang lain bahwa mereka mengatakan, “…sebab Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam senantiasa dalam ketenangan, dan ini tidak menafikan adanya perbaruan ketenangan yang khusus bagi beliau kala itu, oleh karena itu Alloh berfirman: وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا …dan Alloh menguatkan dia dengan pasukan yang tidak kalian lihat… ..yakni para malaikat, وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا … dan Dia menjadikan kalimat orang kafir itu rendah, sedangkan kalimat Alloh itulah yang tinggi. Ibnu Abbâs berkata, “Maksud dari kalimat orangorang kafir adalah kesyirikan, sedangkan kalimat Alloh adalah Lâ ilâha illallôh .” Dan di dalam AshShohîhain disebutkan riwayat dari Abû Mûsâ AlAsy‘ arî rodliyallohu 'anhu ia berkata: Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ditanya tentang seorang lelaki yang 47 berperang karena keberanian, berperang karena kesombongan dan berperang karena riya’; manakah yang di jalan Alloh?” beliau bersabda: مَنْ ق ات لَ ل تَك وْنَ ك لِ مَةُ اللهِ ه يَ ا لْع لْ يَا ف ه وَ ف يْ س بِي لِ اللهِ “Barangsiapa berperang agar kalimat Alloh tinggi, maka ia berada di jalan Alloh.” Kemudian firman Alloh yang berbunyi: “ وَالل هُ عَزِي زٌ …” (Dan Alloh Mahaperkasa) maksudnya dalam memberikan balasan dan pertolongan, yang kokoh perlindungannya sehingga orang yang berlindung kepadaNya tidak akan terancam, serta orang yang melindungi diri dengan berpegang teguh dengan firmanNya: “ حَك يمٌ ..” (Mahabijaksana) dalam firman dan perbuatanNya.” Beliau juga berkata di dalam AlBidâyah wa `nNihâyah: Alloh ta‘âlâ berfirman mencela orang tidak mau turut serta berjihad dengan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam : jika kalian tidak mau menolongnya, maka sesungguhnya Allohlah yang menjadi Penolong, penguat serta yang memenangkannya, sebagaimana ketika ia diusir oleh orangorang kafir Mekkah ketika ia lari. Tidak ada yang menyertainya selain shahabat dan karib dekatnya Abû Bakar, tak ada yang lain. Oleh karena itu, dikatakan sebagai Tsâniyu `tsNain (orang kedua dari dua orang), sebab keduanya berada dalam gua, artinya berlindung di dalam gua, lantas tinggal di sana selama tiga harus untuk meredakan perburuan terhadap keduanya. Hal itu mengingat kaum musyrikin telah menempuh jalan manapun dari segala penjuru untuk memburu keduanya, dan menyediakan seratus ekor unta bagi yang mengembalikan keduanya atau salah satu dari keduanya, mereka melacak jejak sampai akhirnya mereka dibuat bingung. Dan pada waktu itu orang yang menguntit jejak beliau untuk kepentingan kaum Quraisy adalah Surôqoh bin Mâlik bin Ja‘syam sebagaimana yang telah kami ceritakan. Kembali, orangorang Quraisy itu lantas mendaki gunung Tsûr di mana kedua orang yang mereka cari sedang berada di sana. Tak lama kemudian mereka melewati sebuah pintu goa, lalu mereka menginjakkan kakikakinya di depan pintu gua, namun karena Alloh melindungi keduanya, mereka tidak melihatnya … sebagian ahli sejarah menceritakan bahwa ketika Abû Bakar mengucapkan perkataannya tersebut sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penerj., Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: لو جاءونا من ههنا لذهبنا من هنا “Kalau mereka mendatangi kita dari pintu gua sebelah sini, kita akan pergi dari sebelah sini.” Maka Abû Bakar AshShiddîq melihat ke sisi lain dari gua itu, ternyata ia sudah berlubang dari arah yang lain, dan setelah itu ada laut serta sebuah perahu terikat di sampingnya. Dan ini bukan suatu yang mustahil ditinjau dari takdir Alloh yang agung, hanya saja cerita ini tidak teriwayatkan dengan isnâd yang kuat, tidak juga dho‘îf, sedangkan kami tidak bisa menetapkan sesuatu menurut keinginan kami, namun kami menetapkan sesuatu hanya berdasarkan riwayat yang sanadnya shohih dan hasan. Wallôhu A`lam.” Ibnu Katsîr rohimahulloh berkata lagi, “Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar datang ke sebuah gua di gunung Tsûr. Keduanya tinggal di sana selama tiga malam. Yang turut mendampingi tinggal bermalam di sana adalah ‘Abdullôh putra Abû Bakar, saat itu ia masih remaja, cerdas dan fasih. Ketika menjelang subuh meninggalkan keduanya, sehingga pagi harinya ia kembali bersama kaum Quraisy di Mekkah sebagai pemantau; tidaklah ia mendengar sebuah perkara yang itu merupakan makar kepada beliau berdua kecuali ia perhatikan betul lalu ia datang kepada keduanya dengan membawa berita itu di kala gelapnya malam tiba. Adalagi yang menggembalakan domba untuk keduanya, yaitu Amir bin Fuhairoh budak Abû Bakar, pada waktu isya' ia giring kambingkambingnya ke tempat yang berdekatan dengan beliau berdua, sehingga keduanya tidur bermalam dengan membawa susu dari kambing yang diberikan kepada keduanya dan yang mereka peras sendiri, 48 kemudian pada akhir malam Amir bin Fuhairoh meneriaki kambingnya tadi untuk ia giring pulang. Hal ini ia lakukan setiap malam selama tiga malam saat mereka berdua tinggal di sana.” Beliau rohimahulloh juga berkata, “Ibnu Ishaq berkata, Menurut riwayat yang sampai kepada saya, tidak ada seorangpun yang tahu keluarnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ketika beliau hijrah selain Ali, Abû Bakar dan keluarga Abû Bakar. Adapun Ali, karena Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam memerintahkan dia agar menggantikan posisinya sampai ia tunaikan titipantitipan yang menjadi tanggungan beliau kepada orangorang, padahal Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam kala itu tidak ada seorangpun yang memiliki barang yang ia khawatirkan melainkan dititipkan kepada beliau, sebab beliau dikenal memiliki sifat jujur dan amanahnya.” Ibnu Ishaq berkata, “Tatkala Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam memutuskan untuk berhijrah, ia mendatangi Abû Bakar bin Abî Quhâfah, lalu kedua orang itu keluar dari sebuah pintu belakang rumah Abû Bakar, …” Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian keduanya menuju ke gua di Tsûr, sebuah gunung di dekat Mekah, lalu mereka berdua memasukinya dan Abû Bakar memerintahkan anaknya, ‘Abdullôh, untuk menguping apa yang dikatakan orangorang di Mekkah tentang mereka berdua di waktu siang, kemudian dia datang kepada beliau berdua apabila tiba waktu sore untuk memberitahukan khabar hari ini kepada mereka. Ia juga menyuruh budaknya, Amir bin Fuhairoh untuk menggembalakan kambingnya di siang hari kemudain pada waktu sorenya dia giring kambingkambing tersebut ke tempat mereka berdua di gua. Jadi, ‘Abdullôh bin Abû Bakar berada di tengahtengah kaum Quraisy untuk mendengarkan apa yang mereka rencanakan dan bicarakan kaitannya dengan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar, kemudian dia datang kepada beliau berdua jika sudah tiba waktu sore, lalu ia beritahu khabar tersebut. Sedangkan Amir bin Fuhairoh menggembala di tempat gembala penduduk Mekkah, jika tiba waktu sore, ia menghalau kambingnya ke tempat beliau berdua, maka merekapun bisa memerah susu dan menyembelih kambing. Jika ‘Abdullôh bin Abû Bakar pulang di pagi hari setelah menemui beliau berdua menuju Mekah, maka disusul Amir bin Fuhairoh menutup jejaknya dengan kambing yang menginjak bekas kakinya… Ibnu Ishaq berkata, “Tak ketinggalan, Asma binti Abû Bakr rodliyallohu 'anha. juga mengirim makanan yang dibutuhkan oleh keduanya di waktu sore. Asma berkata, ‘Ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abû Bakar, kami didatangi oleh beberapa orang Quraisy, di antara mereka ada Abû Jahal bin Hisyâm, mereka berdiri di depan pintu rumah Abû Bakar, maka aku keluar menemui mereka. Mereka berkata, “Di mana ayahmu, hai putri Abû Bakar?” aku katakan, “Demi Alloh saya tidak tahu di mana ayahku?” Asma melanjutkan, ‘Lalu Abû Jahal mengangkat tangannya padahal dia adalah orang yang jahat lagi bengis lantas ia tampar pipiku hingga antingantingku terlempar, baru kemudian mereka pergi. Ibnu Ishaq berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abbâd bin ‘Abdullôh bin Zubair bahwa ayahnya bercerita tentang neneknya, Asma, ia berkata: “Tatkala Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abû Bakar, Abû Bakar membawa seluruh hartanya yang berjumlah lima ribu atau enam ribu dirham, ia pergi dengan membawa semua harta tadi. Asma melanjutkan, “Kemudian kakekku, Abû Quhafah masuk menemui kami, saat itu beliau sudah buta, ia mengatakan, ‘Demi Alloh, sungguh aku melihat Abû Bakar telah membuat kalian sedih dengan harta dan diri yang ia bawa.” Aku menimpali, “Sama sekali tidak wahai Abah! Beliau justeru telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita.” Asma berkata lagi, “Kemudian aku mengambil banyak batu lalu kutaruh di dalam sebuah kantong di dalam rumah yang biasa ayahku menaruh hartanya, kemudian aku letakkan kain di atasnya dan kutarik tangan kakekku, aku katakan, “Hai abah, letakkan tanganmu di atas harta ini.” Asma melanjutkan, “Maka iapun meletakkan tangannya di atasnya lalu berkata, “Tidak apaapa, kalau ia meninggalkan harta seperti ini buat kalian, berarti ia telah berbuat baik dan ini cukup bagi kalian.” Padahal, demi Alloh, ayahku tidak meninggalkan apaapa buat kami, tapi saya hanya ingin menenangkan orang tua ini. 49 Ibnul Qoyyim berkata dalam Zâdu `lMa‘ âd fî Hadyi Khoiri `l‘ Ibâd, ketika beliau mengkisahkan hijrohnya Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dari Mekkah menuju Madinah: “Tatkala kaum musyrikin melihat para shahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam telah bersiapsiap, keluar dan menanggung beban serta menggiring anakanak dan hartanya kepada suku Aus dan Khozroj, dan mereka tahu bahwa negeri itu adalah negeri kuat, penduduknya adalah penyandang kesatuan, persenjataan dan kekuatan, maka merekapun takut kalau Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam turut keluar ke tempat mereka dan bergabung dengan mereka. Maka keluarnya beliau menjadi perkara besar bagi mereka, merekapun berkumpul di Dâru `nNadwah, tidak ada seorangpun pemikir yang absen, untuk merundingkan tentang beliau. Dan hadirlah wali sekaligus pembesar mereka, Iblis, dalam wujud orang tua dari Nejed, yang berselimut dengan pakaiannya. Musyawarah dimulai, dan masingmasing menyebutkan tentang Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam , masingmasing mengemukakan pendapatnya, tapi si orang tua ini membantah dan tidak menyetujuinya, hingga akhirnya Abû Jahal angkat bicara: “Pendapatku berbeda dengan pendapat yang kalian semua telah kemukakan tadi.” Para hadirin berkata, “Pendapat apa itu?” ia berkata, “Menurut saya, kita ambil dari setiap kabilah Quraisy satu orang pemuda yang perkasa dan kuat, kemudian kita beri masingmasing pedang tajam, lalu mereka akan menebasnya secara bersamaan sekali tebas, sehingga darahnya terpisahpisah di antara para kabilah dan Bani Manaf tak akan tahu apa yang harus ia lakukan setelah itu, ia juga tidak akan mungkin melawan seluruh kabilah, dan kita arahkan mereka agar menuntut diyat saja.” Mendengar itu, si tua tadi menyahut, “Beruntunglah pemuda ini, demi Alloh inilah pendapat yang tepat.” Mereka pun berpisah dengan keputusan itu, mereka sepakat untuk melaksanakannya. Maka Jibril datang kepada beliau dengan membawa wahyu dari Robbnya tabâroka wa ta‘âlâ dan mengkhabarkan beliau akan hal itu, serta memerintahkannya agar tidak tidur di kasurnya malam ini. Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam datang kepada Abû Bakar di pertengahan siang di saat tak biasanya beliau datang kepadanya dengan bercadar, maka beliau bersabda kepadanya: “Keluarkan orang yang ada di sisimu.” Ia mengatakan, “Wahai Rosululloh, mereka adalah keluargamu juga.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh telah izinkan aku untuk keluar berhijrah.” Maka Abû Bakar mengatakan, “Pendamping wahai Rosululloh?” beliau menimpali, “Ya.” Abû Bakar berkata, “Demi ayah dan Ibuku, kalau begitu ambillah salah satu dari dua hewan tungganganku ini.” Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Dengan harga.” Beliau juga memerintahkan Ali untuk bermalam di tempat tidurnya malam itu. Orangorang Quraisypun berkumpul sembari mengintip dari celah pintu serta mengintai beliau, mereka ingin menyergapnya dan memutuskan siapa yang akan menjadi eksekutornya. Tak lama kemudian, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar ke arah mereka dan mengambil segenggam pasir dan menaburkannya di atas kepala mereka sementara mereka tidak melihat beliau, dan beliau membaca ayat: وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدا وَمِنْ خَلْفِه مْ سَدا فَأَغْشَي نَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ Dan Kami jadikan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (Yasin: 9) Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun berlalu ke rumah Abû Bakar, lantas keduanya keluar dari sebuah pintu rumah Abû Bakar di waktu malam. Setelah itu, datanglah seorang lelaki dan melihat orangorang berada di depan pintu rumah Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ia berkata, “Apa yang sedang kalian nanti?” Mereka menjawab, “Muhammad.” Ia berkata, “Sungguh sial dan merugi kalian, demi Alloh ia telah melewati kalian dan menaburkan tanah di kepala kalian.” Mereka berkata, “Demi Alloh, kami tidak melihatnya.” Maka mereka menyeka tanah di kepala mereka. Mereka adalah: Abû 50 Jahal, Hakam bin Ash, Uqbah bin Abi Mu`ith, Nadhr bin Harits, Umayyah bin Kholaf, Zam`ah bin AlAswad, Thu‘aimah bin Adi, Abû Lahab, Ubay bin Kholaf dan dua orang pemberi peringatan, yaitu dua anak AlHajjaj. Tatkala pagi, Ali bangun dari tempat tidur maka merekapun bertanya kepadanya tentang Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam maka ia mengatakan, “Aku tidak tahu.” Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar pergi ke gua Tsûr dan memasukinya, dan ada labalaba yang membuat sarang di pintunya. Keduanya menyewa ‘Abdullôh bin Uroiqith AlLaitsi, ia adalah seorang penunjuk jalan yang mengerti betul tentang jalan, ia masih memeluk agama kaumnya, Quraisy. Keduanya mempercayakan urusan jalan kepada dia, dan menyerahkan kendaraan kepadanya, dan menjanjinya untuk datang ke gua Tsûr setelah tiga hari kemudian, sementara kau Quraisy matimatian mencari keduanya, mereka sampai menderita kerugian, sampai akhirnya mereka tiba di pintu gua Tsûr, maka terhentilah mereka sampai di situ. Di dalam AshShohîhain disebutkan bahwa Abû Bakr berkata, “Wahai Rosululloh, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya pasti ia melihat kita.” Maka beliau bersabda: يَا أَبَا بَكُرٍ ؛ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا ٬ لاَ تَحْزَنْ فإنَّ الله مَعَنَا “Hai Abû Bakar, bagaimana menurutmu dengan dua orang yang Alloh menjadi fihak ketiga, jangan sedih, Alloh bersama kita.” Padahal saat itu, Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar mendengar perbincangan mereka di atas kepalanya. Tetapi Alloh membutakan mereka dalam urusan keduanya. Sedangkan Amir bin Fuhairoh menggembalakan kambing Abû Bakar untuk mereka keduanya sekaligus menguping berita yang sedang dibicarakan di Mekkah, kemudia dia datang kepada beliau berdua dengan membawa kabar, jika tiba waktu sahur, ia pergi menggembala bersama orangorang. 'Aisyah berkata: Dan kami mempersiapkan keduanya dengan persiapan yang paling cepat, dan kami letakkan rangsum makanan untuk keduanya di dalam sebuah kantong kulit. Lalu Asma' binti Abi Bakar memotong ikat pinggangnya kemudian ia ikat kantong kulit tersebut dengannya. Lalu Asma' bin ti Abi Bakar memotong ikat penggangnya lagi untuk ia jadikan tali pada mulut geriba (tempat air / susu yang terbuat dari kulit). Oleh karena itulah Asma' binti Abi Bakar dijuluki dengan Dzatun Nithoqoin (yang memiliki dua ikat pinggang). Hâkim menyebutkan dalam Mustadroknya dari ‘Umar ia berkata, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar menuju gua bersama Abu Bakar rodliyallohu 'anhu. Abu Bakar rodliyallohu 'anhu sesaat berjalan di hadapan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, dan pada saat yang lain ai berjalan di belakang beliau shollallohu 'alaihi wa sallam, hingga akhirnya Rosululloh memahami gerakgerik Abu Bakar ini. Maka beliau shollallohu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya kenapa ia berbuat seperti itu. Maka Abu Bakar menjawab: Wahai Rosululloh, terkadang saya teringat orangorang yang memburu Engkau sehingga saya berjalan di belakangmu. Kemudia terkadang saya teringat dengan orangorang yang mengintaimu sehingga saya berjalan di hadapanmu. Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: يا أبا بكر ؛ لو كان شيء أحببتَ أن يكون بِكَ دوني؟ Wahai Abu Bakar, apakah Engkau ingin mengorbankan dirimu untuk menghindarkan diriku dari sesuatu yang akan mengenaiku. Abu Bakar menjawab: "Benar wahai Rosululloh, demi (Alloh) yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran." Kemudian tatkala beliau sampai goa, Abu Bakar berkata: "Tetaplah Engkau di tempatmu wahai Rosululloh, saya akan bersihkan terlebih dahulu goa ini dari segala gangguan." Maka Abu Bakarpun masuk ke dalam goa dan membersihkannya dari gangguan. Sampai tatkala ia berada di atas, konon ia belum membersihkan bagian goa yang paling dalam. 51 Lalu ia mengatakan kepada Rosululloh: "Tetaplah di tempat wahai Rosululloh, biar saya bersihkan terlebih dahulu bagian goa yang paling dalam. Kemudian ia berkata: Turunlah wahai Rosululloh. Kemudian beliau turun dan keduanya tinggal di dalam goa selama tiga malam, sehingga intensitas perburuan kepada keduanya mereda. Kemudian datanglah 'Abdulloh bin 'Uroiqith dengan membawa dua binatang tunggangan, lalu keduanyapun berangkat, sedangkan Abu Bakar memboncengkan 'Amir bin Fuhairoh, sedangkan penunjuk jalannya berjalan di depan keduanya. Sementara itu "mata Alloh" senantiasa mengawai keduanya, pertolonganNya senantiasa menyertai keduanya dan Alloh juga senantiasa membahagiakan keduanya pada saat keduanya berangkat dan pada saat keduanya bersinggah. Dan tatkala orangorang musyrik mulai putus asa untuk dapat menangkap keduanya, mereka membuat sayembara barangsiapa dapat menangkap keduanya akan diberi hadiah sebesar harga diyatnya masingmasing (100 ekor onta untuk satu orang). Maka semua orangpun bersungguhsungguh dalam memburu keduanya, sedangkan Alloh menang atas urusanNya. Kemudian tatkala mereka melewati perkampungan Bani Mudlij, ketika tengah naik dari Qudaid, ada seorang penduduk kampung tersebut yang melihat mereka. Maka orang tersebutpun mengatakan kepada seluruh penduduk kampung tersebut: "Aku tadi melihat beberapa orang di tepi pantai, dan aku yakin mereka itu adalah Muhammad dan rombonganya." Mendengar hal itu, Suroqoh bin Malik berpikir agar dia sendiri saja yang mendapatkan keuntungan. Dan sebelumnya dia telah mendapatkan keuntungan yang belum pernah ia perkirakan sebelumnya. Maka ia mengatakan: "Bukan, mereka itu adalah si Fulan dan si Fulan. Mereka berdua keluar untuk suatu keperluan." Lalu ia diam sejenak. Kemudian ia bangkit, lalu masuk ke dalam tendanya dan mengatakan kepada pembantunya: "Keluarlah dengan membawa kuda lewat belakang tenda. Kita akan bertemu di belakang bukit." Kemudian ia mengambil tombaknya. Ujung tombaknya ia arahkan ke bawah untuk membuat garis di atas tanah sampai ia menjumpai kudanya. Lalu tatkala sudah dekat dengan rombongan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, ia mendengar bacaan Al Qur'an Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, sementara itu Abu Bakar banyak menoleh untuk mengawasi sekitar lokasi sedangkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak pernah menoleh. Lalu Abu Bakar berkata: "Wahai Rosululloh, Suroqoh bin Malik telah mengejar kita." Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun mendo'akannya, sehingga kaki kudanya tenggelam dalam tanah. Lalu Suroqoh berkata: "Aku tahu bahwa apa yang menimpaku ini adalah disebabkan do'a kalian berdua, maka saya mohon agar kalian berdo'a kepada Alloh agar menyelamatkanku, niscaya aku akan melindungi kalian dari orang yang hendak berbuat jahat kepada kalian." Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun mendo'akannya sehingga ia terbebas. Lalu ia memohon agar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam menulis sebuah tulisan untuknya, maka Abu Bakarpun menuliskan untuk Rosululloh atas perintah beliau di atas kulit yang telah disamak. Tulisan itu selanjutnya ia bawa sampai terjadi Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah). Lalu ia menemui Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dengan membawa tulisan tersebut, maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun memenuhi janjinya yang tertera di dalam tulisan tersebut. Dan berliau bersabda: يَوْمُ وَفَاءٍ وَبِرٍّ Ini adalah hari untuk memenuhi janji dan hari kebaikan Lalu Suroqoh menawarkan perbekalan dan dua buah sekedup (sejenis tandu yang diletakkan dia atas onta). Namun Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar menjawab: "Kami tidak memerlukannya, namun tolong rahasiakanlah kami dari perburuan." Suroqoh menjawab: "Kerahasiaan kalian telah terjamin." Kemudian Suroqoh kembali dan mendapatkan semua orang tengah mengadakan perburuan. Maka Suroqohpun mengatakan: "Aku telah mengecek berita tersebut, dan cukuplah kalian sampai di sini saja perburuan kalian." Demikianlah, pada waktu pagi Suroqoh dengan sungguhsungguh memburu Rosululloh 52 shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar, namun ketika menjelang sore ia melindungi keduanya." Dalam mengomentari ayat yang terdapat dalam surat At Taubah tersebut, Sayyid Quthub rohimahulloh di dalam Fi Dhilalil Qur'an mengatakan: "Sesungguhnya membebaskan diri dari bebanbeban dunia dan lemahnya jiwa itu akan membuahkan eksistensi manusia yang mulia, dan inilah kehidupan yang memiliki nilai tinggi. Dan sesungguhnya merasa berat dengan dunia adalah berarti tunduk dengan rasa takut, dan melenyapkan eksistensi manusia yang mulia, dan inilah kanihilan dalam timbangan Alloh, dan dalam pandangan ruh manusia yang istimewa. Sementara Alloh membuat permisalan untuk mereka dalam realita sejarah yang mereka ketahui, atas pertolongan Alloh kepada RosulNya, dengan tanpa pertolongan dan perlindungan dari mereka. Karena pertolongan itu hanyalah datang dari sisi Alloh, yang Alloh berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki: إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُم ا ف ي الْغ ارِ إِذْ يَق ولُ لِص احِبِهِ لاَ تَح زَنْ إِنَّ الل هَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُن ودٍ ل مْ تَرَوْه ا و جَع لَ كَلِم ةَ ال ذِينَ كَف رُواْ الس فْلَى وَكَلِم ةُ الل هِ ه يَ الْعُلْي ا وَالل هُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ . . Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya (yaitu) ketika orangorang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah bersedih, sesungguhya Alloh bersama kita". Maka Alloh menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Alloh menjadikan seruan orangorang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Alloh itulah yang tinggi. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah: 40) Peristiwa itu terjadi tatkala bangsa Quraisy mulai kehabisan kesabaran terhadap apa yang dilakukan oleh Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, karena memang kekuatan jahat itu senantiasa sesak nafas dalam menghadapi kebenaran, tidak dapat membantah dan tidak mampu bersabar, maka merekapun merencanakan makar terhadapnya dan memutuskan untuk menyingkirkan kebenaran tersebut dari hadapannya. Namun, Alloh ta'ala mengetahui perencanaan mereka, sehingga Alloh ta'ala mewahyukan kepada beliau agar keluar meninggalkan rumanya. Maka beliaupun keluar tanpa dengan siapapun selain dengan sahabatnya Ash Shiddiq. Tidak dikawal oleh pasukan dan tidak membawa perlengkapan perang. Sementara itu musuhnya banyak, dan kekuatan mereka jauh lebih besar daripada kekuatan beliau. Teks ayat tersebut menggambarkan kondisi Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan sabahatnya: إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ ".. tatkala keduanya berada di dalam goa .." Sedangkan bangsa Quraisy memburu mereka berdua dari belakang mereka, semantara itu Ash Shiddiq senantiasa khawatir, bukan atas dirinya sendiri akan tetapi atas diri Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam jika orangorang Quraisy melihat mereka berdua. Maka iapun membisikkan kepada sahabat tercintanya: "Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kedua kakinya, tentu ia melihat kita di bawah kakinya." Semantara itu Alloh telah menurunkan ketenangan ke dalam hati Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau menenangkan hatinya. Beliau bersabda kepada Abu Bakar: "Wahai Abu Bakar, apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya jika ada dua orang maka Alloh adalah yang ke tiganya?" Kemudian apa yang terjadi. Seluruh kekuatan materi mengepung. Sementara Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersama sahabatnya tidak memiliki apaapa sama sekali? Bala bantuan datang dari sisi Alloh, berupa tentaratentara yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Sedangkan orangorang kafir itu memperoleh kekalahan dan kehinaan. وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى … dan Alloh menjadikan seruan orangorang kafir itulah yang rendah… 53 Sementara itu kalimat Alloh tetap pada posisinya yang tinggi, menang, kuat dan berlaku. Dan terkadang ayat: وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُ لْيَا .. dibaca nashob (fathah). Akan tetapi bacaan rofa' (dlommah) itu lebih kuat dari sisi artinya. Karena dengan begitu berarti penetapan bahwa kalimat Alloh itu tinggi secara tabiat dan dasar, tanpa menggantungkan ketinggian tersebut dengan suatu kejadian tertentu. Sedangkan Alloh [ عزي ز ]"..Maha Perkasa.." yang tidak akan menghinakan para waliNya, [ حك يم ]"..Maha Bijaksana.." mampu memberikan pertolongan pada waktu yang tepat kepada orang yang berhak mendapatkannya. Ini adalah permisalan pertolongan Alloh terhadap Rosul dan kalimatNya. Dan Alloh Maha Kuasa untuk mengulanginya kembali kepada bangsa lain yang tidak merasa berat dengan dunia dan tidak berlambatlambat. Inilah permisalan dari realita nyata, jika mereka menginginkan dalil dari selain firman Alloh!" Di kutip dari : Buku kisah orang-orang buron dalam islam karya abu jandal al-azdi