Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya." Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS.As-Shaf:8-9)
Sabtu, 15 Oktober 2011
CERITA COBAAN PARA MUJAHID [1]
Perburuan Terhadap Manusia Terbaik, Komandan Mujahidin Penutup Para Nabi Dan
Rosul Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam
Sesungguhnya orang yang membaca sejarah akan menemukan bahwa peristiwa hijrah
termasuk peristiwa terbesar dalam sejarah. Ia merupakan kejadian yang terkait dengan sejarah
umat Islam, dengan itulah syariat jihad dimulai melawan kekufuran dan orangorang
kafir.
Dengan hijrah pulalah perubahan besar bagi kaum muslimin terjadi, yang semula lemah dan
terusir berubah menjadi kuat dan mampu menjadi orangorang
penakluk dan mulailah benihbenih
daulah Islam tumbuh berkembang di Madinah Nabawiyyah, kemudian terbentanglah
negara Islam ini hingga belahan bumi timur dan barat. Alloh ta‘âlâ telah perintahkan sang
penutup para nabi dan rosul, Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, agar keluar dari Mekah
menuju Madinah, maka beliau mendatangi Abû Bakar AshShiddîq
pada waktu yang tak
biasanya, dan menggunakan cadar. Beliau bersama Abû Bakar mengatur secara urut proses
keluar serta mengambil ‘cover’ yang pas untuk keluar dan bersembunyi dengan menjadikan Ali
bin Abi Thôlib rodliyallohu 'anhu tidur di tempat yang biasa beliau gunakan tidur. Di dalam hal
ini terdapat unsur tipudaya terhadap musuh, sedangkan perang itu sendiri adalah tipudaya.
Beliau juga menyewa seorang penunjuk jalan untuk melarikan diri. Dan jaringan yang berfungsi
menyampaikan informasi yang sedang beredar di Mekahpun bisa terbentuk dengan baik.
Alloh ta'ala berfirman:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَم كُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Dan (ingatlah), ketika orangorang
kafir (Quroisy) memikirkan daya upaya untuk menangkap
dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Alloh pun membuat tipu daya itu. Dan Alloh sebaikbaik
Pembalas tipu daya. (Al Anfal: 30)
Sayyid Qutb berkata di dalam Fi Dhilalil Qur'an: “Itu adalah peringatan terhadap apa
yang dialami beliau di Mekah sebelum adanya perubahan dan pergantian posisi. Dan sungguh
Alloh ta'ala telah wahyukan kepada beliau akan sebuah kepercayaan dan keyakinan di masa
mendatang, sebagaimana Dia juga mengingatkan akan pengaturan kodrat dan hikmah Alloh
dalam apa yang Ia putuskan dan perintahkan. Generasi kaum muslimin yang pertama kali
menerima seruan AlQur’an
ini mengetahui dua keadaan yang mereka alami langsung, melihat
dan merasakannya. Makanya mereka cukup diingatkan dengan peristiwa masa lampau yang
baru saja mereka lewati serta bagaimana mereka dahulu begitu takut dan resah di mana kini
mereka sedang menghadapi sebuah kondisi dengan segala keamanan dan ketenangan yang
dirasakan di dalamnya .. yang dahulu orangorang
musyrik senantiasa membuat tipu daya dan
siasat terhadap Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, di mana sekarang beliau telah
menguasai mereka, bukan hanya sekedar telah selamat dari mereka!
Orangorang
kafir itu membuat makar untuk menahan dan memenjara Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam hingga mati; atau membunuhnya atau bagaimana caranya bisa
bebas dari beliau; atau mengusirnya dari Mekkah supaya beliau terasing dan terusir. Mereka
telah merencanakan semua ini, lantas mereka memutuskan untuk membunuh beliau saja,
caranya dengan mengutus seorang pemuda dari masingmasing
kabilah untuk melaksanakan
eksekusi terhadap beliau, sehingga darah beliau terpisah pada diri para kabilah itu, yang pada
akhirnya nanti, Bani Hasyim tidak mampu memerangi semua bangsa arab, lantas mereka akan
cukup menuntut diyat dan selesai perkara!
Imam Ahmad berkata, Abdur Rozzâq menceritakan kepadaku, ia berkata: Ma‘mar
memberitahukan kepadaku, ia berkata: Utsman AlJarîrî
menceritakan kepadaku, dari Maqsam
Maulâ Ibnu Abbâs, bahwasanya Ibnu Abbas memberitahukan kepadanya tentang firman Alloh:
“Wa idz Yamkuru bika…dst.” Beliau mengatakan, “Orangorang
Quraisy berunding di suatu
45
malam di Mekkah, sebagian mereka mengatakan, ‘Besok, ikat dia dengan tali.’ maksud
dia
adalah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ,
sebagian lagi mengatakan: ‘Dibunuh saja.’ Sebagian
mengatakan, ‘Diusir saja.’ Kemudian Alloh memberitahukan hal itu kepada NabiNya
shollallohu 'alaihi wa sallam, maka 'Ali rodliyallohu 'anhu pun tidur di kasur Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam dan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam sendiri keluar hingga
sampai di gua. Malam itu, kaum musyrikin menjaga 'Ali karena menyangka bahwa dia adalah
Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam. Pagi harinya, mereka menangkapnya, tapi tatkala ternyata
yang mereka lihat adalah Ali, Allohpun balikkan tipudaya mereka, mereka mengatakan, “Mana
shahabatmu itu?”, “Aku tidak tahu.” Jawab Ali. Akhirnya mereka menguntit jejak beliau.
Tatkala mereka sampai di gunung, merekapun bingung, lantas mereka daki gunung tersebut
serta melewati sebuah gua, namun mereka melihat ada sarang labalaba
di mulut gua tersebut.
Maka mereka berkata, “Kalau Muhammad memasuki gua ini, tentu tidak akan ada sarang labalaba
di sini.” Merekapun pergi dan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menetap di sana selama
tiga malam.
Ibnu Katsîr berkata di dalam AlBidâyah
wa `nNihâyah
mengenai riwayat dari kisah
sarang labalaba
di atas: “Ini isnadnya hasan dan termasuk riwayat terbaik tentang kisah sarang
labalaba
di depan pintu gua. Ini termasuk penjagaan Alloh kepada beliau shollallohu 'alaihi wa
sallam.”
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat tipu daya sedangkan Alloh juga membuat tipu daya. Dan Alloh sebaikbaik
Pembalas tipu daya.
Satu gambaran dalam AlQur’an
yang diungkapkan oleh firman Alloh ta‘âlâ ;
وَيَمْكُرُو نَ وَيَمْكُرُ اللّهُ
Mereka membuat tipu daya sedangkan Alloh juga membuat tipu daya.
… adalah ungkapan yang memiliki kesan mendalam, ini ketika majlis permusyawaratan
Quraisy bertukar pikiran untuk berunding dan saling bertukar pikiran serta membuat rencana
dan makar, padahal Alloh di belakang mereka Mahamengetahui, Dia membuat makar terhadap
mereka, mematahkan tipudaya mereka sementara mereka tidak sadar!
Sungguh itu adalah ungkapan penghinaan, tapi dalam waktu yang sama ia adalah
ungkapan yang menakutkan, maka di mana gerangan orangorang
lemah dan kurus itu
dibandingkan sebuah takdir yang menentukan … takdir Alloh Yang Mahamemaksa dan
berkuasa atas para hambaNya,
yang menang atas urusanNya
sedangkan Dia Mahamengetahui
segala sesuatu?”
Alloh ta‘âlâ berfirman:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُم ا ف ي الْغ ارِ إِذْ يَق ولُ لِص احِبِهِ لاَ تَح زَنْ إِنَّ الل هَ
مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُن ودٍ ل مْ تَرَوْه ا وَجَع لَ كَلِم ةَ ال ذِينَ كَف رُواْ الس فْلَى وَكَلِم ةُ الل هِ ه يَ الْ عُلْي ا وَالل هُ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya
(yaitu) ketika orangorang
kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mekah) sedang dia salah
seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah bersedih, sesungguhya Alloh bersama kita". Maka Alloh menurunkan
ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak
melihatnya, dan Alloh menjadikan seruan orangorang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat
Alloh itulah yang tinggi. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah: 40)
Ibnu Katsîr rohimahulloh berkata tentang ayat ini: Alloh ta‘âlâ berfirman:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ
46
… jika kalian tidak menolongnya …
… maksudnya, menolong rosulNya,
maka sesunggunya Allohlah yang menjadi penolongnya,
penguatnya, pelindung dan penjagaNya
sebagaimana dulu Dia juga menolongnya secara
langsung:
إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ
…ketika ia diusir oleh orangorang
kafir, berdua (dengan Abû Bakar),
… yakni ketika hijrah tatkala kaum musyrikin bermaksud membunuh beliau, menahan atau
mengasingkannya. Maka beliaupun keluar meninggalkan mereka, beliau lari bersama
shahabatnya yang jujur Abû Bakar bin Abi Quhâfah. Kemudian beliau berlindung di gua Tsûr
selama tiga hari, menunggu agar orangorang
yang memburu beliau, yang mengikuti jejak
rombongan beliau itu kembali. Kemudian beliau bersama rombongan terus berjalan ke arah
Madinah. Saat itu, Abû Bakar sangat mengkhawatirkan, seandainya ada salah seorang yang
mengetahui mereka, sehingga mereka akan menyakiti Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam .
Maka Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menenangkan dan meneguhkannya, beliau bersabda:
“Wahai Abû Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada dua orang kecuali Alloh yang
ketiganya?” sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ia berkata: telah menceritakan
kepada kami Affân, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammâm, ia berkata: telah
memberitahu kami Tsâbit dari Anas, bahwasanya Abû Bakar bercerita kepadanya, ia berkata:
“Aku mengatakan kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ketika kami berada di dalam gua:
“Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kedua kakinya, tentu ia akan melihat
kita di bawah kakinya.” Maka beliau bersabda:
يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما
“Hai Abû Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada dua orang kecuali Alloh yang
ketiganya?” HR. Bukhôrî dan Muslim.
Oleh karena itu, Alloh ta‘âlâ berfirman:
فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ
… maka Allohpun menurunkan ketenangan dariNya
…
… maksudnya, dukungan dan pertolongan kepada beliau, yakni kepada Rosululloh shollallohu
'alaihi wa sallam ini
menurut salah satu pendapat .
Ada juga yang mengatakan,
maksudnya adalah kepada Abû Bakar. Dan diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas serta yang lain bahwa
mereka mengatakan, “…sebab Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam senantiasa dalam
ketenangan, dan ini tidak menafikan adanya perbaruan ketenangan yang khusus bagi beliau
kala itu, oleh karena itu Alloh berfirman:
وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا
…dan Alloh menguatkan dia dengan pasukan yang tidak kalian lihat…
..yakni para malaikat,
وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا
… dan Dia menjadikan kalimat orang kafir itu rendah, sedangkan kalimat Alloh itulah yang
tinggi.
Ibnu Abbâs berkata, “Maksud dari kalimat orangorang
kafir adalah kesyirikan, sedangkan
kalimat Alloh adalah Lâ ilâha illallôh .”
Dan di dalam AshShohîhain
disebutkan riwayat dari Abû Mûsâ AlAsy‘
arî rodliyallohu
'anhu ia berkata: Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ditanya tentang seorang lelaki yang
47
berperang karena keberanian, berperang karena kesombongan dan berperang karena riya’;
manakah yang di jalan Alloh?” beliau bersabda:
مَنْ ق ات لَ ل تَك وْنَ ك لِ مَةُ اللهِ ه يَ ا لْع لْ يَا ف ه وَ ف يْ س بِي لِ اللهِ
“Barangsiapa berperang agar kalimat Alloh tinggi, maka ia berada di jalan Alloh.”
Kemudian firman Alloh yang berbunyi: “ وَالل هُ عَزِي زٌ …” (Dan Alloh Mahaperkasa)
maksudnya dalam memberikan balasan dan pertolongan, yang kokoh perlindungannya sehingga
orang yang berlindung kepadaNya
tidak akan terancam, serta orang yang melindungi diri
dengan berpegang teguh dengan firmanNya:
“ حَك يمٌ ..” (Mahabijaksana) dalam firman dan
perbuatanNya.”
Beliau juga berkata di dalam AlBidâyah
wa `nNihâyah:
Alloh ta‘âlâ berfirman mencela
orang tidak mau turut serta berjihad dengan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam : jika
kalian tidak mau menolongnya, maka sesungguhnya Allohlah yang menjadi Penolong, penguat
serta yang memenangkannya, sebagaimana ketika ia diusir oleh orangorang
kafir Mekkah
ketika ia lari. Tidak ada yang menyertainya selain shahabat dan karib dekatnya Abû Bakar, tak
ada yang lain. Oleh karena itu, dikatakan sebagai Tsâniyu `tsNain
(orang kedua dari dua
orang), sebab keduanya berada dalam gua, artinya berlindung di dalam gua, lantas tinggal di
sana selama tiga harus untuk meredakan perburuan terhadap keduanya. Hal itu mengingat
kaum musyrikin telah menempuh jalan manapun dari segala penjuru untuk memburu
keduanya, dan menyediakan seratus ekor unta bagi yang mengembalikan keduanya atau salah
satu dari keduanya, mereka melacak jejak sampai akhirnya mereka dibuat bingung. Dan pada
waktu itu orang yang menguntit jejak beliau untuk kepentingan kaum Quraisy adalah Surôqoh
bin Mâlik bin Ja‘syam sebagaimana yang telah kami ceritakan. Kembali, orangorang
Quraisy
itu lantas mendaki gunung Tsûr di mana kedua orang yang mereka cari sedang berada di sana.
Tak lama kemudian mereka melewati sebuah pintu goa, lalu mereka menginjakkan kakikakinya
di depan pintu gua, namun karena Alloh melindungi keduanya, mereka tidak
melihatnya … sebagian ahli sejarah menceritakan bahwa ketika Abû Bakar mengucapkan
perkataannya tersebut sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, penerj.,
Nabi
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
لو جاءونا من ههنا لذهبنا من هنا
“Kalau mereka mendatangi kita dari pintu gua sebelah sini, kita akan pergi dari sebelah sini.”
Maka Abû Bakar AshShiddîq
melihat ke sisi lain dari gua itu, ternyata ia sudah berlubang dari
arah yang lain, dan setelah itu ada laut serta sebuah perahu terikat di sampingnya. Dan ini
bukan suatu yang mustahil ditinjau dari takdir Alloh yang agung, hanya saja cerita ini tidak
teriwayatkan dengan isnâd yang kuat, tidak juga dho‘îf, sedangkan kami tidak bisa menetapkan
sesuatu menurut keinginan kami, namun kami menetapkan sesuatu hanya berdasarkan riwayat
yang sanadnya shohih dan hasan. Wallôhu A`lam.”
Ibnu Katsîr rohimahulloh berkata lagi, “Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa
sallam dan Abû Bakar datang ke sebuah gua di gunung Tsûr. Keduanya tinggal di sana selama
tiga malam. Yang turut mendampingi tinggal bermalam di sana adalah ‘Abdullôh putra Abû
Bakar, saat itu ia masih remaja, cerdas dan fasih. Ketika menjelang subuh meninggalkan
keduanya, sehingga pagi harinya ia kembali bersama kaum Quraisy di Mekkah sebagai
pemantau; tidaklah ia mendengar sebuah perkara yang itu merupakan makar kepada beliau
berdua kecuali ia perhatikan betul lalu ia datang kepada keduanya dengan membawa berita itu
di kala gelapnya malam tiba. Adalagi yang menggembalakan domba untuk keduanya, yaitu
Amir bin Fuhairoh budak Abû Bakar, pada waktu isya' ia giring kambingkambingnya
ke
tempat yang berdekatan dengan beliau berdua, sehingga keduanya tidur bermalam dengan
membawa susu dari kambing yang diberikan kepada keduanya dan yang mereka peras sendiri,
48
kemudian pada akhir malam Amir bin Fuhairoh meneriaki kambingnya tadi untuk ia giring
pulang. Hal ini ia lakukan setiap malam selama tiga malam saat mereka berdua tinggal di sana.”
Beliau rohimahulloh juga berkata, “Ibnu Ishaq berkata, Menurut riwayat yang sampai
kepada saya, tidak ada seorangpun yang tahu keluarnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
ketika beliau hijrah selain Ali, Abû Bakar dan keluarga Abû Bakar. Adapun Ali, karena
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam memerintahkan dia agar menggantikan posisinya
sampai ia tunaikan titipantitipan
yang menjadi tanggungan beliau kepada orangorang,
padahal
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam kala itu tidak ada seorangpun yang memiliki barang
yang ia khawatirkan melainkan dititipkan kepada beliau, sebab beliau dikenal memiliki sifat
jujur dan amanahnya.” Ibnu Ishaq berkata, “Tatkala Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
memutuskan untuk berhijrah, ia mendatangi Abû Bakar bin Abî Quhâfah, lalu kedua orang itu
keluar dari sebuah pintu belakang rumah Abû Bakar, …” Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian
keduanya menuju ke gua di Tsûr, sebuah gunung di dekat Mekah, lalu mereka berdua
memasukinya dan Abû Bakar memerintahkan anaknya, ‘Abdullôh, untuk menguping apa yang
dikatakan orangorang
di Mekkah tentang mereka berdua di waktu siang, kemudian dia datang
kepada beliau berdua apabila tiba waktu sore untuk memberitahukan khabar hari ini kepada
mereka. Ia juga menyuruh budaknya, Amir bin Fuhairoh untuk menggembalakan kambingnya
di siang hari kemudain pada waktu sorenya dia giring kambingkambing
tersebut ke tempat
mereka berdua di gua. Jadi, ‘Abdullôh bin Abû Bakar berada di tengahtengah
kaum Quraisy
untuk mendengarkan apa yang mereka rencanakan dan bicarakan kaitannya dengan Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar, kemudian dia datang kepada beliau berdua jika
sudah tiba waktu sore, lalu ia beritahu khabar tersebut. Sedangkan Amir bin Fuhairoh
menggembala di tempat gembala penduduk Mekkah, jika tiba waktu sore, ia menghalau
kambingnya ke tempat beliau berdua, maka merekapun bisa memerah susu dan menyembelih
kambing. Jika ‘Abdullôh bin Abû Bakar pulang di pagi hari setelah menemui beliau berdua
menuju Mekah, maka disusul Amir bin Fuhairoh menutup jejaknya dengan kambing yang
menginjak bekas kakinya… Ibnu Ishaq berkata, “Tak ketinggalan, Asma binti Abû Bakr
rodliyallohu 'anha. juga mengirim makanan yang dibutuhkan oleh keduanya di waktu sore.
Asma berkata, ‘Ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abû Bakar, kami
didatangi oleh beberapa orang Quraisy, di antara mereka ada Abû Jahal bin Hisyâm, mereka
berdiri di depan pintu rumah Abû Bakar, maka aku keluar menemui mereka. Mereka berkata,
“Di mana ayahmu, hai putri Abû Bakar?” aku katakan, “Demi Alloh saya tidak tahu di mana
ayahku?” Asma melanjutkan, ‘Lalu Abû Jahal mengangkat tangannya padahal
dia adalah
orang yang jahat lagi bengis lantas
ia tampar pipiku hingga antingantingku
terlempar, baru
kemudian mereka pergi.
Ibnu Ishaq berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abbâd bin ‘Abdullôh bin
Zubair bahwa ayahnya bercerita tentang neneknya, Asma, ia berkata: “Tatkala Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abû Bakar, Abû Bakar membawa seluruh hartanya
yang berjumlah lima ribu atau enam ribu dirham, ia pergi dengan membawa semua harta tadi.
Asma melanjutkan, “Kemudian kakekku, Abû Quhafah masuk menemui kami, saat itu beliau
sudah buta, ia mengatakan, ‘Demi Alloh, sungguh aku melihat Abû Bakar telah membuat kalian
sedih dengan harta dan diri yang ia bawa.” Aku menimpali, “Sama sekali tidak wahai Abah!
Beliau justeru telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita.” Asma berkata lagi,
“Kemudian aku mengambil banyak batu lalu kutaruh di dalam sebuah kantong di dalam rumah
yang biasa ayahku menaruh hartanya, kemudian aku letakkan kain di atasnya dan kutarik
tangan kakekku, aku katakan, “Hai abah, letakkan tanganmu di atas harta ini.” Asma
melanjutkan, “Maka iapun meletakkan tangannya di atasnya lalu berkata, “Tidak apaapa,
kalau
ia meninggalkan harta seperti ini buat kalian, berarti ia telah berbuat baik dan ini cukup bagi
kalian.” Padahal, demi Alloh, ayahku tidak meninggalkan apaapa
buat kami, tapi saya hanya
ingin menenangkan orang tua ini.
49
Ibnul Qoyyim berkata dalam Zâdu `lMa‘
âd fî Hadyi Khoiri `l‘
Ibâd, ketika beliau
mengkisahkan hijrohnya Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dari Mekkah menuju Madinah:
“Tatkala kaum musyrikin melihat para shahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam telah
bersiapsiap,
keluar dan menanggung beban serta menggiring anakanak
dan hartanya kepada
suku Aus dan Khozroj, dan mereka tahu bahwa negeri itu adalah negeri kuat, penduduknya
adalah penyandang kesatuan, persenjataan dan kekuatan, maka merekapun takut kalau
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam turut keluar ke tempat mereka dan bergabung dengan
mereka. Maka keluarnya beliau menjadi perkara besar bagi mereka, merekapun berkumpul di
Dâru `nNadwah,
tidak ada seorangpun pemikir yang absen, untuk merundingkan tentang
beliau. Dan hadirlah wali sekaligus pembesar mereka, Iblis, dalam wujud orang tua dari Nejed,
yang berselimut dengan pakaiannya. Musyawarah dimulai, dan masingmasing
menyebutkan
tentang Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam , masingmasing
mengemukakan pendapatnya,
tapi si orang tua ini membantah dan tidak menyetujuinya, hingga akhirnya Abû Jahal angkat
bicara: “Pendapatku berbeda dengan pendapat yang kalian semua telah kemukakan tadi.” Para
hadirin berkata, “Pendapat apa itu?” ia berkata, “Menurut saya, kita ambil dari setiap kabilah
Quraisy satu orang pemuda yang perkasa dan kuat, kemudian kita beri masingmasing
pedang
tajam, lalu mereka akan menebasnya secara bersamaan sekali tebas, sehingga darahnya terpisahpisah
di antara para kabilah dan Bani Manaf tak akan tahu apa yang harus ia lakukan setelah itu,
ia juga tidak akan mungkin melawan seluruh kabilah, dan kita arahkan mereka agar menuntut
diyat saja.” Mendengar itu, si tua tadi menyahut, “Beruntunglah pemuda ini, demi Alloh inilah
pendapat yang tepat.”
Mereka pun berpisah dengan keputusan itu, mereka sepakat untuk melaksanakannya.
Maka Jibril datang kepada beliau dengan membawa wahyu dari Robbnya tabâroka wa ta‘âlâ dan
mengkhabarkan beliau akan hal itu, serta memerintahkannya agar tidak tidur di kasurnya
malam ini.
Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam datang kepada Abû Bakar di
pertengahan siang di saat tak biasanya beliau datang kepadanya dengan bercadar, maka beliau
bersabda kepadanya: “Keluarkan orang yang ada di sisimu.” Ia mengatakan, “Wahai Rosululloh,
mereka adalah keluargamu juga.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh telah izinkan aku
untuk keluar berhijrah.” Maka Abû Bakar mengatakan, “Pendamping wahai Rosululloh?” beliau
menimpali, “Ya.” Abû Bakar berkata, “Demi ayah dan Ibuku, kalau begitu ambillah salah satu
dari dua hewan tungganganku ini.” Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Dengan harga.”
Beliau juga memerintahkan Ali untuk bermalam di tempat tidurnya malam itu. Orangorang
Quraisypun berkumpul sembari mengintip dari celah pintu serta mengintai beliau,
mereka ingin menyergapnya dan memutuskan siapa yang akan menjadi eksekutornya. Tak lama
kemudian, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar ke arah mereka dan mengambil
segenggam pasir dan menaburkannya di atas kepala mereka sementara mereka tidak melihat
beliau, dan beliau membaca ayat:
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدا وَمِنْ خَلْفِه مْ سَدا فَأَغْشَي نَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ
Dan Kami jadikan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (Yasin: 9)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun berlalu ke rumah Abû Bakar, lantas keduanya
keluar dari sebuah pintu rumah Abû Bakar di waktu malam.
Setelah itu, datanglah seorang lelaki dan melihat orangorang
berada di depan pintu
rumah Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ia berkata, “Apa yang sedang kalian nanti?”
Mereka menjawab, “Muhammad.” Ia berkata, “Sungguh sial dan merugi kalian, demi Alloh ia
telah melewati kalian dan menaburkan tanah di kepala kalian.” Mereka berkata, “Demi Alloh,
kami tidak melihatnya.” Maka mereka menyeka tanah di kepala mereka. Mereka adalah: Abû
50
Jahal, Hakam bin Ash, Uqbah bin Abi Mu`ith, Nadhr bin Harits, Umayyah bin Kholaf, Zam`ah
bin AlAswad,
Thu‘aimah bin Adi, Abû Lahab, Ubay bin Kholaf dan dua orang pemberi
peringatan, yaitu dua anak AlHajjaj.
Tatkala pagi, Ali bangun dari tempat tidur maka
merekapun bertanya kepadanya tentang Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam maka ia
mengatakan, “Aku tidak tahu.”
Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar pergi ke gua Tsûr dan
memasukinya, dan ada labalaba
yang membuat sarang di pintunya. Keduanya menyewa
‘Abdullôh bin Uroiqith AlLaitsi,
ia adalah seorang penunjuk jalan yang mengerti betul tentang
jalan, ia masih memeluk agama kaumnya, Quraisy. Keduanya mempercayakan urusan jalan
kepada dia, dan menyerahkan kendaraan kepadanya, dan menjanjinya untuk datang ke gua Tsûr
setelah tiga hari kemudian, sementara kau Quraisy matimatian
mencari keduanya, mereka
sampai menderita kerugian, sampai akhirnya mereka tiba di pintu gua Tsûr, maka terhentilah
mereka sampai di situ.
Di dalam AshShohîhain
disebutkan bahwa Abû Bakr berkata, “Wahai Rosululloh,
seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya pasti ia melihat kita.”
Maka beliau bersabda:
يَا أَبَا بَكُرٍ ؛ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا ٬ لاَ تَحْزَنْ فإنَّ الله مَعَنَا
“Hai Abû Bakar, bagaimana menurutmu dengan dua orang yang Alloh menjadi fihak ketiga,
jangan sedih, Alloh bersama kita.”
Padahal saat itu, Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abû Bakar mendengar
perbincangan mereka di atas kepalanya. Tetapi Alloh membutakan mereka dalam urusan
keduanya. Sedangkan Amir bin Fuhairoh menggembalakan kambing Abû Bakar untuk mereka
keduanya sekaligus menguping berita yang sedang dibicarakan di Mekkah, kemudia dia datang
kepada beliau berdua dengan membawa kabar, jika tiba waktu sahur, ia pergi menggembala
bersama orangorang.
'Aisyah berkata: Dan kami mempersiapkan keduanya dengan persiapan yang paling
cepat, dan kami letakkan rangsum makanan untuk keduanya di dalam sebuah kantong kulit.
Lalu Asma' binti Abi Bakar memotong ikat pinggangnya kemudian ia ikat kantong kulit
tersebut dengannya. Lalu Asma' bin ti Abi Bakar memotong ikat penggangnya lagi untuk ia
jadikan tali pada mulut geriba (tempat air / susu yang terbuat dari kulit). Oleh karena itulah
Asma' binti Abi Bakar dijuluki dengan Dzatun Nithoqoin (yang memiliki dua ikat pinggang).
Hâkim menyebutkan dalam Mustadroknya
dari ‘Umar ia berkata, Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam keluar menuju gua bersama Abu Bakar rodliyallohu 'anhu. Abu
Bakar rodliyallohu 'anhu sesaat berjalan di hadapan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam,
dan pada saat yang lain ai berjalan di belakang beliau shollallohu 'alaihi wa sallam, hingga
akhirnya Rosululloh memahami gerakgerik
Abu Bakar ini. Maka beliau shollallohu 'alaihi wa
sallam bertanya kepadanya kenapa ia berbuat seperti itu. Maka Abu Bakar menjawab: Wahai
Rosululloh, terkadang saya teringat orangorang
yang memburu Engkau sehingga saya berjalan
di belakangmu. Kemudia terkadang saya teringat dengan orangorang
yang mengintaimu
sehingga saya berjalan di hadapanmu. Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
يا أبا بكر ؛ لو كان شيء أحببتَ أن يكون بِكَ دوني؟
Wahai Abu Bakar, apakah Engkau ingin mengorbankan dirimu untuk menghindarkan diriku
dari sesuatu yang akan mengenaiku.
Abu Bakar menjawab: "Benar wahai Rosululloh, demi (Alloh) yang telah mengutusmu dengan
membawa kebenaran." Kemudian tatkala beliau sampai goa, Abu Bakar berkata: "Tetaplah
Engkau di tempatmu wahai Rosululloh, saya akan bersihkan terlebih dahulu goa ini dari segala
gangguan." Maka Abu Bakarpun masuk ke dalam goa dan membersihkannya dari gangguan.
Sampai tatkala ia berada di atas, konon ia belum membersihkan bagian goa yang paling dalam.
51
Lalu ia mengatakan kepada Rosululloh: "Tetaplah di tempat wahai Rosululloh, biar saya
bersihkan terlebih dahulu bagian goa yang paling dalam. Kemudian ia berkata: Turunlah wahai
Rosululloh. Kemudian beliau turun dan keduanya tinggal di dalam goa selama tiga malam,
sehingga intensitas perburuan kepada keduanya mereda. Kemudian datanglah 'Abdulloh bin
'Uroiqith dengan membawa dua binatang tunggangan, lalu keduanyapun berangkat, sedangkan
Abu Bakar memboncengkan 'Amir bin Fuhairoh, sedangkan penunjuk jalannya berjalan di
depan keduanya. Sementara itu "mata Alloh" senantiasa mengawai keduanya, pertolonganNya
senantiasa menyertai keduanya dan Alloh juga senantiasa membahagiakan keduanya pada saat
keduanya berangkat dan pada saat keduanya bersinggah.
Dan tatkala orangorang
musyrik mulai putus asa untuk dapat menangkap keduanya,
mereka membuat sayembara barangsiapa dapat menangkap keduanya akan diberi hadiah
sebesar harga diyatnya masingmasing
(100 ekor onta untuk satu orang). Maka semua orangpun
bersungguhsungguh
dalam memburu keduanya, sedangkan Alloh menang atas urusanNya.
Kemudian tatkala mereka melewati perkampungan Bani Mudlij, ketika tengah naik dari
Qudaid, ada seorang penduduk kampung tersebut yang melihat mereka. Maka orang
tersebutpun mengatakan kepada seluruh penduduk kampung tersebut: "Aku tadi melihat
beberapa orang di tepi pantai, dan aku yakin mereka itu adalah Muhammad dan rombonganya."
Mendengar hal itu, Suroqoh bin Malik berpikir agar dia sendiri saja yang mendapatkan
keuntungan. Dan sebelumnya dia telah mendapatkan keuntungan yang belum pernah ia
perkirakan sebelumnya. Maka ia mengatakan: "Bukan, mereka itu adalah si Fulan dan si Fulan.
Mereka berdua keluar untuk suatu keperluan." Lalu ia diam sejenak. Kemudian ia bangkit, lalu
masuk ke dalam tendanya dan mengatakan kepada pembantunya: "Keluarlah dengan membawa
kuda lewat belakang tenda. Kita akan bertemu di belakang bukit." Kemudian ia mengambil
tombaknya. Ujung tombaknya ia arahkan ke bawah untuk membuat garis di atas tanah sampai
ia menjumpai kudanya. Lalu tatkala sudah dekat dengan rombongan Rosululloh shollallohu
'alaihi wa sallam, ia mendengar bacaan Al Qur'an Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam,
sementara itu Abu Bakar banyak menoleh untuk mengawasi sekitar lokasi sedangkan
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak pernah menoleh. Lalu Abu Bakar berkata: "Wahai
Rosululloh, Suroqoh bin Malik telah mengejar kita." Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa
sallam pun mendo'akannya, sehingga kaki kudanya tenggelam dalam tanah. Lalu Suroqoh
berkata: "Aku tahu bahwa apa yang menimpaku ini adalah disebabkan do'a kalian berdua, maka
saya mohon agar kalian berdo'a kepada Alloh agar menyelamatkanku, niscaya aku akan
melindungi kalian dari orang yang hendak berbuat jahat kepada kalian." Maka Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam pun mendo'akannya sehingga ia terbebas. Lalu ia memohon agar
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam menulis sebuah tulisan untuknya, maka Abu Bakarpun
menuliskan untuk Rosululloh atas perintah beliau di atas kulit yang telah disamak. Tulisan itu
selanjutnya ia bawa sampai terjadi Fathu
Makkah (penaklukan kota Mekah). Lalu ia menemui
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dengan membawa tulisan tersebut, maka Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam pun memenuhi janjinya yang tertera di dalam tulisan tersebut. Dan
berliau bersabda:
يَوْمُ وَفَاءٍ وَبِرٍّ
Ini adalah hari untuk memenuhi janji dan hari kebaikan
Lalu Suroqoh menawarkan perbekalan dan dua buah sekedup (sejenis tandu yang
diletakkan dia atas onta). Namun Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar
menjawab: "Kami tidak memerlukannya, namun tolong rahasiakanlah kami dari perburuan."
Suroqoh menjawab: "Kerahasiaan kalian telah terjamin." Kemudian Suroqoh kembali dan
mendapatkan semua orang tengah mengadakan perburuan. Maka Suroqohpun mengatakan:
"Aku telah mengecek berita tersebut, dan cukuplah kalian sampai di sini saja perburuan kalian."
Demikianlah, pada waktu pagi Suroqoh dengan sungguhsungguh
memburu Rosululloh
52
shollallohu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar, namun ketika menjelang sore ia melindungi
keduanya."
Dalam mengomentari ayat yang terdapat dalam surat At Taubah tersebut, Sayyid
Quthub rohimahulloh di dalam Fi Dhilalil Qur'an mengatakan: "Sesungguhnya membebaskan
diri dari bebanbeban
dunia dan lemahnya jiwa itu akan membuahkan eksistensi manusia yang
mulia, dan inilah kehidupan yang memiliki nilai tinggi. Dan sesungguhnya merasa berat dengan
dunia adalah berarti tunduk dengan rasa takut, dan melenyapkan eksistensi manusia yang
mulia, dan inilah kanihilan dalam timbangan Alloh, dan dalam pandangan ruh manusia yang
istimewa.
Sementara Alloh membuat permisalan untuk mereka dalam realita sejarah yang mereka
ketahui, atas pertolongan Alloh kepada RosulNya,
dengan tanpa pertolongan dan perlindungan
dari mereka. Karena pertolongan itu hanyalah datang dari sisi Alloh, yang Alloh berikan kepada
siapa saja yang Ia kehendaki:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُم ا ف ي الْغ ارِ إِذْ يَق ولُ لِص احِبِهِ لاَ تَح زَنْ إِنَّ الل هَ
مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُن ودٍ ل مْ تَرَوْه ا و جَع لَ كَلِم ةَ ال ذِينَ كَف رُواْ الس فْلَى وَكَلِم ةُ الل هِ ه يَ الْعُلْي ا وَالل هُ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ . .
Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya
(yaitu) ketika orangorang
kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mekah) sedang dia salah
seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah bersedih, sesungguhya Alloh bersama kita". Maka Alloh menurunkan
ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Alloh menjadikan seruan orangorang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat
Alloh itulah yang tinggi. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah: 40)
Peristiwa itu terjadi tatkala bangsa Quraisy mulai kehabisan kesabaran terhadap apa
yang dilakukan oleh Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, karena memang kekuatan jahat
itu senantiasa sesak nafas dalam menghadapi kebenaran, tidak dapat membantah dan tidak
mampu bersabar, maka merekapun merencanakan makar terhadapnya dan memutuskan untuk
menyingkirkan kebenaran tersebut dari hadapannya. Namun, Alloh ta'ala mengetahui
perencanaan mereka, sehingga Alloh ta'ala mewahyukan kepada beliau agar keluar
meninggalkan rumanya. Maka beliaupun keluar tanpa dengan siapapun selain dengan
sahabatnya Ash Shiddiq. Tidak dikawal oleh pasukan dan tidak membawa perlengkapan perang.
Sementara itu musuhnya banyak, dan kekuatan mereka jauh lebih besar daripada kekuatan
beliau. Teks ayat tersebut menggambarkan kondisi Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dan
sabahatnya: إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ ".. tatkala keduanya berada di dalam goa .."
Sedangkan bangsa Quraisy memburu mereka berdua dari belakang mereka, semantara
itu Ash Shiddiq senantiasa khawatir, bukan atas dirinya sendiri akan tetapi atas diri Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam jika orangorang
Quraisy melihat mereka berdua. Maka iapun
membisikkan kepada sahabat tercintanya: "Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke
arah kedua kakinya, tentu ia melihat kita di bawah kakinya." Semantara itu Alloh telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau
menenangkan hatinya. Beliau bersabda kepada Abu Bakar: "Wahai Abu Bakar, apakah kamu
tidak mengetahui bahwasanya jika ada dua orang maka Alloh adalah yang ke tiganya?"
Kemudian apa yang terjadi. Seluruh kekuatan materi mengepung. Sementara Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam bersama sahabatnya tidak memiliki apaapa
sama sekali? Bala
bantuan datang dari sisi Alloh, berupa tentaratentara
yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Sedangkan orangorang
kafir itu memperoleh kekalahan dan kehinaan.
وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى
… dan Alloh menjadikan seruan orangorang
kafir itulah yang rendah…
53
Sementara itu kalimat Alloh tetap pada posisinya yang tinggi, menang, kuat dan berlaku.
Dan terkadang ayat:
وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُ لْيَا
.. dibaca nashob (fathah).
Akan tetapi bacaan rofa' (dlommah) itu lebih kuat dari sisi artinya.
Karena dengan begitu berarti penetapan bahwa kalimat Alloh itu tinggi secara tabiat dan dasar,
tanpa menggantungkan ketinggian tersebut dengan suatu kejadian tertentu. Sedangkan Alloh [
عزي ز ]"..Maha Perkasa.." yang tidak akan menghinakan para waliNya,
[ حك يم ]"..Maha
Bijaksana.." mampu memberikan pertolongan pada waktu yang tepat kepada orang yang berhak
mendapatkannya.
Ini adalah permisalan pertolongan Alloh terhadap Rosul dan kalimatNya.
Dan Alloh
Maha Kuasa untuk mengulanginya kembali kepada bangsa lain yang tidak merasa berat dengan
dunia dan tidak berlambatlambat.
Inilah permisalan dari realita nyata, jika mereka
menginginkan dalil dari selain firman Alloh!"
Di kutip dari : Buku kisah orang-orang buron dalam islam karya abu jandal al-azdi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar