Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya." Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS.As-Shaf:8-9)
Kamis, 05 November 2009
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Abu Bakar, khalifah Islam yang pertama dan orang paling terpercaya serta pembantu Nabi yang sangat setia, dilahirkan di Makkah dua setengah tahun setelah tahun Gajah, atau lima puluh setengah tahun sebelum dimulainya hijrah. Di masa pra Islam dikenal sebagai Abul Ka'ab dan waktu masuk Islam, Nabi memberinya nama Abdullah dengan gelar ash-Shiddiq (orang terpercaya). Ia termasuk suku Quraisy dari Bani Taim, dan silsilah keturunannya sama dengan Nabi SAW. dari garis ke-7. Dia salah seorang pemimpin yang sangat dihormati, sebelum dan sesudah mereka memeluk agama Islam. Nenek moyangnya berdagang dan sekali-kali mengadakan perjalanan dagang ke Syria atau Yaman. Sering Abu Bakar mengunjungi Nabi dan ketika turun wahyu, ia sedang berada di Yaman. Setelah kembali ke Makkah ia mendengar para pemimpin Quraisy, seperti Abu Jahal, Ataba dan Shoba mengejek pernyataan pengangkatan Muhammad menjadi Rasul Allah. Abu Bakar menjadi sangat marah, lalu bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk agama Islam. Menurut Shuyuti, pengarang Tarikh ul-khulafa, Nabi berkata, "Apabila saya menawarkan agama Islam kepada seseorang, biasanya orang itu menunjukkan keragu-raguannya sebelum memeluk agama Islam. Tapi Abu Bakar adalah suatu perkecualian. Dia memeluk agama Islam tanpa sedikitpun keragu-raguan pada dirinya."
Pemeluk agama Islam pertama-tama di antara orang dewasa adalah Abu Bakar, di antara kaum muda tercatat nama Ali, sedang di antara kaum wanita adalah Khadijah. Abu Bakar sebagai seorang yang kaya raya, telah menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk digunakan Nabi. Ketika itu Madinah sebagai ibu kota Islam sangat terancam oleh gerombolan-gerombolan musuh. Nabi menghimbau perlunya dana untuk membiayai kampanye guna mempertahankan diri dari bahaya yang akan tiba. Maka Umar yang juga kaya raya seketika itu juga ingin mengambil kesempatan emas ini, sehingga ia berharap bisa menandingi Abu Bakar dalam berbakti kepada Islam. Beliau bergegas pulang ke rumah dan kembali membawa sejumlah besar harta kekayaannya. Nabi sangat senang melihat tindakan sahabatnya itu, dan bertanya,
"Apakah ada yang anda tinggalkan untuk keturunan Anda?"
"Sebagian dari kekayaan telah saya sisihkan untuk anak-anak saya," jawab Umar.
Demikian pula ketika Abu Bakar membawa pulang hartanya, pertanyaan yang sama juga diajukan kepadanya. Beliau langsung menjawab,
"Yang saya tinggalkan untuk anak-anak saya hanyalah Allah dan Rasul-Nya."
Sangat terkesan akan ucapan Abu Bakar, Umar berkata, "Tidak akan mungkin bagi saya melebihi Abu Bakar."
Di samping itu, ia membeli dan membebaskan sejumlah budak belian, termasuk Bilal yang mendapat siksaan secara kejam sebelum masuk Islam. Bilal harus menjalani segala macam penderitaan, intimidasi dan siksaan demi berbakti kepada kepercayaan barunya (Islam). Abu Bakar mempunyai 40.000 dirham ketika masuk agama Islam, tapi kemudian hanya tinggal 5.000 dirham saja pada waktu hijrah. Beliau ikut hijrah ke Madinah menemani Nabi, dan meninggalkan isteri serta anak-anaknya pada lindungan Allah.
Ia juga berjuang bahu-membahu dengan Nabi dalam pertempuran mempertahankan diri, di saat para pemeluk agama baru itu sedang berjuang untuk eksistensinya. Abdur Rahman bin Abu Bakar, putra Abu Bakar, mengatakan kepada ayahnya bahwa di dalam perang Badar, dengan mudah dia mendapat kesempatan membunuh ayahnya. Abu Bakar langsung menjawab bahwa apabila hal itu terjadi pada dirinya dalam menghadapi anaknya, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Abu Bakar meninggal pada 23 Agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan kekhalifahannya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari. Jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi.
Pada waktu Nabi wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang pertama. Setelah terpilih, banyak orang berebut menawarkan bai'at, khalifah lalu menyampaikan pidatonya yang mengesankan di hadapan para pemilih.
Abu Bakar berkata: "Saudara-saudara, sekarang aku telah terpilih sebagai amir meskipun aku tidak lebih baik dari siapa pun di antara kalian. Bantulah aku apabila aku berada di jalan yang benar, dan perbaikilah aku apabila aku berada di jalan yang salah. Kebenaran adalah suatu kepercayaan; kesalahan adalah suatu penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat bersamaku sampai (Insya Allah) kebenarannya terbukti, dan orang yang kuat di antara kalian akan menjadi lemah bersamaku sampai (Insya Allah) kuambil apa yang menjadi haknya. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mematuhi-Nya dan Rasul-Nya, janganlah sekali-kali kalian patuh kepadaku."
Abu Bakar berdiri tegak bagaikan batu karang menghadapi kekuatan-kekuatan yang mengacau setelah Nabi wafat. Nampaknya seluruh struktur Islam yang telah diletakkan Nabi yang baru saja mangkat akan hancur berantakan. Namun Abu Bakar telah membuktikan dirinya menjadi orang yang kuat memegang teguh jalan yang ditunjukkan Nabi. Selama Nabi sakit, satuan tentara yang berkekuatan 7000 orang dimobilisir di bawah pimpinan Usamah bin Zaid menuntut balas atas kekalahan orang-orang Muslim dari tangan pasukan Romawi. Begitu Nabi wafat terjadi pula huru-hara besar di Arab. Maka Abu Bakar mengirim pasukan. Pengukuhan Usamah sebagai panglima pasukan berkuda yang diangkat Nabi dipimpin langsung oleh khalifah sendiri. Tentara Usamah menyelesaikan tugasnya dalam tempo 40 hari. Ekspedisi itu berpengaruh sangat baik terhadap suku-suku bangsa yang mulai membandel dan ragu-ragu tentang kekuatan Islam yang sesungguhnya. Tindakan Abu Bakar yang imajinatif, tepat waktu dan dinamis, telah menyatukan kekuatan Islam.
Segera Abu Bakar menghadapi krisis yang lain, waktu Nabi wafat, sejumlah Nabi palsu, yaitu para penipu lihai yang muncul di berbagai bagian Arab. Di antara mereka yang terkenal ialah Aswad Asni, Talha Bani Asad, Musailama si pendusta dan Sajah seorang wanita Yaman. Di suatu daerah di Zhul Qassa, khalifah memberikan sebelas peta untuk menyamai jumlah komandannya dan menugaskan mereka di berbagai sektor. Ekspedisi melawan Musailama terasa sangat berat dan baru setelah Khalid bin Walid menggempur dengan dahsyatnya, musuh dapat dihancurkan. Musailama mati terbunuh. Seorang sejarawan, Tabrani mengatakan, "Belum pernah Muslimin bertempur sedahsyat pertempuran ini."
Tak lama setelah pemilihan khalifah, sejumlah anggota suku mengimbau para pemimpin Islam di Madinah agar mereka dibebaskan dari membayar zakat. Keadaan tampaknya begitu suram, sehingga menghadapi masalah itu orang seperti Umar pun terpaksa mengalah dan ia memohon kepada Abu Bakar: "O, Khalifah Rasul, bersikap ramahlah kepada orang-orang ini, dan perlakukanlah mereka dengan lemah lembut." Khalifah sangat jengkel dengan pameran kelemahan yang tidak disangka-sangka itu, dan dengan amarah yang amat sangat ia menjawab: "Anda begitu keras pada zaman jahiliyah, tapi sekarang Anda menjadi begitu lemah. Wahyu Allah telah sempurna dan iman kita telah mencapai kesempurnaan. Sekarang Anda ingin merusakkannya pada saat aku masih hidup. Demi Allah, walau sehelai benang pun yang akan dikurangi dari zakat, aku akan berjuang mempertahankannya dengan semua kekuatan yang ada padaku."
Dalam sejarahnya, khalifah Abu Bakar adalah seorang yang memegang teguh pendirian dan integritasnya, berwatak baja. Ia selalu tampil mempertahankan ajaran dasar agama Islam pada saat-saat yang sangat kritis.
Semua ekspedisi militer yang ditujukan terhadap orang-orang yang ingkar kepada agama dan terhadap suku-suku yang berontak, berakhir dengan sukses menjelang akhir tahun 11 H. pemberontakan dan perselisihan yang mencekam Arab dapat ditumpas untuk selama-lamanya.
Di dalam negeri tidak ada pergolakan lagi, tetapi khalifah harus menghadapi bahaya dari luar yang pada gilirannya dapat menghancurkan eksistensi Islam. Dua orang raja paling berkuasa di dunia, Kaisar dan Kisra, sedang mengintai kesempatan untuk menyerang pusat agama baru itu. Orang-orang Persi selama berabad-abad memerintah Arab sebagai maharaja, yang tentu saja tidak dapat mentolerir setiap kekuatan Arab militan untuk bersatu membentuk kekuatan yang besar. Hurmuz adalah raja lalim yang memerintah Irak atas nama Kisra. Penganiayaan terhadap orang-orang Arab menimbulkan pemberontakan kecil, tapi lalu berkembang menjadi peperangan berdarah. Kini, keadaan yang terjadi malah sebaliknya; orang-orang Persia yang dengan penuh kecongkakan dan selalu meremehkan kekuatan orang-orang Muslim akhirnya tidak dapat menahan gelombang maju pasukan Islam, dan mereka harus mundur dari satu tempat ke tempat lainnya sampai Irak jatuh.
Pada mulanya, Muthanna yang memimpin tentara Islam melawan orang-orang Persi. Dia banyak mendapat kemenangan. Lalu kemudian Khalid bin Walid yang tak terkalahkan dan dikenal sebagai Pedang Allah itu bergabung. Pertempuran yang menentukan melawan Hurmuz dimenangkan orang-orang Muslim, dan saat itulah Hurmuz mati terbunuh di tangan Khalid bin Walid dan orang-orang Persi dihancurkan dengan meninggalkan banyak korban jiwa. Seekor unta dimuati rantai seberat tujuh setengah Maund yang dikumpulkan dari medan tempur, sehingga pertempuran itu dikenal sebagai "Pertempuran Rantai."
Khalid bin Walid ketika menjabat panglima tentara Islam di Irak memisahkan administrasi sipil dan militer. Said bin No'man diangkat sebagai kepala departemen militer, sedangkan Suwaid memegang kepala administrasi sipil. Sebagian besar daerah Irak direbut selama pemerintahan Khalifah Abu Bakar, sedang sisanya ditaklukkan oleh pemerintahan Umar.
Raja Byzantium, Heraclius, yang menguasai Syria dan Palestina, benar-benar musuh Islam yang paling besar dan paling perkasa. Intrik-intrik dan akal bulusnya menimbulkan beberapa kerusuhan yang dilakukan oleh suku-suku non Islam di Arab. Dialah bahaya laten bagi Islam. Sejak tahun 9 H, Nabi sendiri telah memimpin tentara melawan orang Romawi, kemudian pada masa Abu Bakar, sang khalifah mengirimkan tentaranya untuk menghadang orang-orang Romawi dan membagi kekuatannya dalam empat pasukan di bawah komando Abu Ubaidah, Syarjil bin Hasanah, Yazid bin Sofyan dan Amr bin Ash serta menempatkan mereka di beberapa sektor di Suria. Tentara Islam tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya sedangkan angkatan perang Romawi bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Pasukan Islam dan musuh berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yang hebat itu berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, di antaranya 80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 46.000 orang. Sesuai dengan strategi Khalid, mereka dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan seolah-olah mereka lebih besar dari musuh. Operasi militer yang tak terlupakan bagi ummat Islam berakhir dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin. Pertempuran Yarmuk, dengan persiapan pendahuluannya yang dimulai sejak khalifah Abu Bakar, dimenangkan pada masa khalifah Umar.
Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang paling terpercaya, Nabi berkata, "Saya tidak tahu apakah ada orang yang melebihi Abu Bakar dalam kedermawaannya." Ketika sakit Nabi semakin parah , beliau meminta Abu Bakar menjadi imam dalam shalat. Abu Bakar mengimami shalat 17 kali selama Nabi hidup.
Nabi berkata, "Saya sudah membayar semua kewajiban saya, kecuali kepada Abu Bakar yang akan mendapatkan ganjarannya pada hari kiamat."
Menurut Tarmidzi, Umar pernah berkata, "O, Abu Bakar, Anda orang terbaik sesudah Rasul Allah."
Menurut keterangan Imam Ahmad, Ali pernah berkata, "Orang-orang terbaik di antara umat Islam setelah Nabi adalah Abu Bakar dan Umar."
Abu Bakar merupakan salah seorang tokoh revolusi besar Islam, ia telah menciptakan berbagai perubahan sosial, politik dan ekonomi yang paling fundamental dalam sejarah manusia. Juga beliau sebagai salah seorang peletak dasar demokrasi yang sebenarnya di dunia ini, lebih dari 1.400 tahun yang lalu, tapi tak pernah ada lagi setelah itu.
Abu Bakar adalah seorang khalifah dan juga merupakan raja. Tapi Abu Bakar berjalan hilir mudik tanpa pengawal atau pun teman. Ia makan makanan yang jelek dan pakaian yang lusuh. Bahkan rakyat awam pun dapat menghubunginya setiap waktu di siang hari, dan menanyakan segala tindakannya secara terbuka.
Beliau pernah memerintahkan pembuatan daftar tuntunan moral bagi tingkah laku para prajurit Islam. Tuntunan ini seyogyannya menjadi contoh bagi dunia yang sekarang di jaman modern ini sudah kacau balau dengan moral yang sudah menyimpang jauh dari nilai-nilai kemanusian apalagi nilai agama. Hanya sedikit sekali prajurit yang masih memegang nilai-nilai etik moral dan keagamaan. Para pembaca yang budiman, pernahkah Anda mendengar seorang prajurit atau perwira di jaman modern ini yang berani menolak atau mengundurkan diri karena diperintah atasan untuk menjalankan tugas yang melanggar hukum Allah? Amat sangat sedikit. maka orang-orang yang berani berkata "tidak" dalam hal yang demikian ini adalah merupakan prajurit dan pejuang sejati.
Kembali kepada khalifah, kepada setiap tentara diberi instruksi: "Jangan melakukan penyelewengan, jangan menipu orang, jangan ingkar kepada atasan, jangan memotong bagian badan manusia, jangan membunuh orang-orang tua, para wanita dan anak-anak, jangan menebang atau membakar pohon buah-buahan, jangan membunuh hewan kecuali disembelih untuk dimakan, jangan menganiaya para pendeta Kristen, dan jangan lupa kepada Allah atas karunia-Nya yang telah anda nikmati."
Abu Bakar mengangkat Umar sebagai Qadhi Agung. Tapi kehidupan moral rakyat telah terbiasa dengan hidup jujur dan bersih, sehingga tak ada pengaduan yang disampaikan kepada Qadhi selama satu tahun. Adapun Utsman, Ali dan Zaid bin Tsabit bekerja sebagai khatib.
Abu Bakar selalu cermat dalam mengambil uang bantuan dari Baitul Mal. Beliau menggunakan secukupnya saja untuk keperluan hidup minimal setiap hari. Pernah isterinya minta manisan tapi si suami tidak punya uang lebih untuk membelinya. Untung, isterinya punya uang tabungan beberapa dirham selama dua Minggu, yang lalu diberikannya uang itu kepada suaminya untuk membeli manisan. Melihat uang itu, Abu Bakar bilang terus terang kepada isterinya bahwa tabungannya itu telah membuatnya mengambil uang melebihi dari jumlah yang mereka butuhkan. Lalu dikembalikan uang itu kepada Baitul Mal dan dikurangi pengambilan uangnya di masa mendatang.
Abu Bakar senang sekali mengerjakan semua pekerjaan dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah mengijinkan siapapun juga untuk ikut membantu melakukan pekerjaan rumah tangganya. Bahkan seandainya tali kekang untanya terjatuh, ia tidak akan pernah meminta siapapun untuk mengambilnya. Ia lebih suka turun dari unta dan mengambilnya sendiri.
Apabila di hadapannya ada orang memujinya, dia berkata, "Ya, Allah! Engkau lebih tahu akan diriku dari pada aku sendiri, dan aku mengetahui diriku sendiri lebih dari pada orang-orang ini. Ampunilah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah mengakibatkan aku bertanggung jawab atas puji-puji mereka itu."
Abu Bakar dikenal memiliki kebiasaan hidup sangat sederhana. Pada suatu hari, seorang putra mahkota Yaman dalam pakaiannya yang mewah tiba di Madinah. Dilihatnya Abu Bakar hanya mengenakan dua lembar kain warna cokelat, yang selembar menutupi pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan yang lainnya. Putra mahkota itu begitu terharu melihat kesederhanaan khalifah, sehingga dia juga membuang pakaiannya yang indah itu. Dia berkata, "Di dalam Islam, saya tidak menikmati kepalsuan seperti ini."
Pada akhir perjalanan hidupnya, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul Mal, berapa jumlah yang telah ia ambil sebagai uang tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh hasilnya diberikan kepada Baitul Mal. Amanatnya sebelum mangkat itu telah dilaksanakan. Dan untuk seekor unta dan sepotong baju seharga seperempat rupee milik pribadinya, ia amanatkan agar diberikan kepada khalifah baru setelah ia meninggal dunia. Ketika barang-barang tersebut dibawa kepada yang berhak, Umar yang baru saja menerima jabatan sebagai khalifah mengeluarkan air mata dan berkata, "Abu Bakar, engkau telah membuat tugas penggantimu menjadi sangat sulit."
Pada malam sebelum meninggal, Abu Bakar bertanya pada putrinya Aisyah, berapa jumlah kain yang digunakan sebagai kain kafan Nabi. Aisyah menjawab, "Tiga." Seketika itu juga ia bilang bahwa dua lembar yang masih melekat di badannya supaya dicuci, sedangkan satu lembar kekurangannya boleh dibeli. Dengan berurai air mata Aisyah berkata bahwa dia tidaklah sedemikian miskinnya, sehingga tidak mampu membeli kain kafan untuk ayahnya. Khalifah menjawab, kain yang baru lebih berguna bagi orang yang hidup dari pada orang yang sudah meninggal.
Banyak penghargaan yang diberikan kepada khalifah Abu Bakar tentang kepandaian dan kebaikan hatinya. Baik kawan maupun lawan memuji kesetiaannya kepada agama baru itu, demikian pula watak kesederhanaan, kejujuran, dan integritas pribadinya. Jurji Zaidan, sejarawan Mesir beragama Kristen menulis, "Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan masa keemasaan Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kealiman dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham, jumlah yang sangat besar pada waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan, demi memajukan agama Islam. Ketika wafat, tidaklah ia memiliki apa-apa kecuali uang satu dinar. Ia biasa berjalan kaki ke rumahnya di Sunh, di pinggir kota Madinah. Ia juga jarang sekali menunggangi kudanya. Ia datang ke Madinah untuk memimpin sembahyang berjamaah dan kembali ke Sunh di sore hari. Setiap hari Abu Bakar membeli dan menjual domba, dan mempunyai sedikit gembalaan yang sesekali harus ia gembalakan sendiri. Sebelum menjadi khalifah, ia telah terbiasa memerah susu domba milik kabilahnya, sehingga ketika ia menjadi khalifah, seorang budak anak perempuan menyesalkan dombanya tidak ada yang memerah lagi. Abu Bakar kemudian meyakinkan anak perempuan itu bahwa akan tetap memerah susu dombanya. Sebelum wafat, ia memerintahkan menjual sebidang tanah miliknya dan hasil penjualannya dikembalikan kepada masyarakat Muslim sebesar sejumlah uang yang telah ia ambil dari masyarakat sebagai honorarium."
Referensi : SERATUS MUSLIM TERKEMUKA, Jamil Ahmad
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar